Safety Culture merupakan komitmen perusahaan terhadap safety excellence, dan hal ini perlu mendapat dukungan dari seluruh inti dari perusahaan. Perusahaan yang memiliki Safety Culture yang sangat baik terbukti mampu meningkatkan produktifitas dan efisiensi perusahaan, meningkatkan moral pekerja, mengurangi absensi, dan meningkatkan keuntungan. Jika perusahaan Anda memiliki Safety Culture yang baik, maka dapat menjadi langkah pertama untuk mengurangi kecelakaan di tempat kerja. Sebaliknya, jika kecelakaan kerap terjadi, mungkin perusahaan Anda memiliki Safety Culture yang buruk.
Berikut ini adalah cara untuk mengetahui apakah perusahaan Anda memiliki Safety Culture yang buruk, dan apa yang dapat Anda lakukan untuk memperbaikinya.
Berikut adalah 7 indikator bahwa Safety Culture di perusahaan Anda tidak berfungsi:
Orang meniru apa yang mereka lihat. Jika Anda ingin perusahaan Anda memiliki program K3 yang bagus, pimpinan puncak di perusahaan Anda adalah orang-orang yang harus menjadi pioneer. Dapatkan dukungan 100% dari staff eksekutif dan sisanya dari perusahaan akan mengikuti.
Ketidakjelasan menimbulkan kelemahan dalam rencana K3. Untuk mencapai sukses, pastikan Anda memiliki rencana yang jelas, dengan tanggung jawab konkret untuk setiap departemen dan anggota tim. Pastikan Anda mengulang kembali rencana ini secara konstan, serta memastikan bahwa setiap departemen memiliki penanggung jawab untuk komunikasi dan mereka mengetahui setiap bagian dari rencana tersebut.
Cara terbaik agar Safety Culture berkembang adalah dengan memberdayakan pekerja dan meminta mereka mengendalikan bahaya sebelum terjadi. Sayangnya, seringkali bahaya dikendalikan hanya setelah dilaporkan atau saat near miss terjadi. Untuk alasan ini, perusahaan harus secara akurat melaporkan semua kecelakaan, insiden, dan near miss untuk membantu meningkatkan rencana K3 dan memperkuat Safety Culture perusahaan.
Ketika cedera terjadi, seringkali individu yang disalahkan, dan diyakini bahwa tanggung jawab atas kecelakaan adalah milik mereka yang terlibat langsung. Beberapa alasan umum untuk tidak melaporkan cedera adalah: cederanya kecil; tidak yakin apakah cedera itu terkait dengan pekerjaan; dan takut kehilangan pekerjaan di masa depan atau saat ini. Anda harus menekankan bahwa keselamatan adalah pekerjaan semua orang, dan juga menekankan bahwa tidak ada pembalasan yang akan terjadi pada seseorang yang melaporkan cedera.
Terkadang, ada budaya bahwa keuntungan adalah satu-satunya perhatian dalam perusahaan. K3 dipandang sebagai biaya tambahan. Gejala yang terjadi termasuk pekerjaan yang terburu-buru dan bekerja terlalu cepat, perusahaan tidak ingin membeli APD dan peralatan lain yang benar, karyawan yang terlalu banyak bekerja, dan hanya berfokus pada keuntungan. Faktanya, perusahaan yang berinvestasi pada K3 sebenarnya menghemat uang perusahaan dalam jangka panjang. Hal ini selalu menjadi ide yang baik untuk berinvestasi dalam rencana K3, baik secara finansial maupun budaya.
Kenyataannya adalah kecelakaan dapat terjadi kapan saja, bahkan saat pelatihan dan perlindungan yang tepat sudah dilakukan. Jika kecelakaan terjadi di lokasi kerja Anda, Anda harus menggunakan kesempatan tersebut untuk mengevaluasi prosedur keselamatan Anda dan mengendalikan bahayanya sehingga tidak akan terjadi lagi. Sering kali, perusahaan hanya mencatat kecelakaan itu dan menyimpannya. Anda harus selalu menyelidiki, menindaklanjuti, dan mengambil langkah konkrit untuk meningkatkan rencana K3 setelah terjadi kecelakaan atau insiden. Pastikan Anda juga memiliki sistem pencatatan yang baik dan menyimpan semua dokumen yang berhubungan dengan cedera.
Karyawan Anda adalah sumber kehidupan bisnis Anda. Moral yang meningkat dapat mengarah pada peningkatan efisiensi, produktivitas, dan keuntungan. Beri tahu pekerja bahwa mereka memiliki hak suara. Beri mereka saluran untuk mengkomunikasikan bahaya. Dengarkan komentar dan saran mereka, dan pastikan Anda menindaklanjuti bahaya serius yang dilaporkan. Anda tidak hanya akan membangun kepercayaan dengan tim, tetapi Anda akan membuat perusahaan lebih aman pada saat yang sama.
Jika Anda melihat salah satu masalah ini di perusahaan Anda, it’s not too late! Dengan berfokus pada memperbaiki titik lemah tersebut, Anda akan mampu meletakkan dasar untuk membangun Safety Culture yang baik di perusahaan Anda.