Stres merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap ancaman bahaya. Pada tingkat tertentu, stres diperlukan untuk memobilisasi diri kita dalam merespon situasi. Adanya kesadaran akan bahaya membuat diri kita awas dan mengaktifkan sumber daya yang ada dalam rangka mengatasi situasi yang dinilai bahaya tersebut. Pada tingkat yang berlebihan, stres dapat mengganggu fungsi mental seperti fokus, kemampuan memecahkan masalah, kreativitas, dan juga berdampak buruk pada kesehatan fisik. Oleh karena itu, pada tingkat tertentu dimana energi dan sumber daya kita masih memadai untuk menghadapi tekanan dan tantangan yang datang, stres justru membantu kita lebih siap mencapai sesuatu, menghasilkan performa yang lebih baik, mencapai target yang lebih tinggi. Stres yang bersifat positif ini disebut eustress. Jika kita merasa tekanan yang ada terlalu berat, tidak memiliki cukup energi untuk menghadapinya, kita menjadi ‘kewalahan’ dan fungsi-fungsi fisik maupun mental kita mulai terganggu. Kondisi stres seperti ini dinamakan distress.
Stres sangat tergantung pada penilaian subjektif individu terhadap situasi yang dihadapi, karena stres bersifat individual, dan berbeda-beda antar individu. Hal yang perlu diketahui adalah ambang batas dimana stres mulai dirasa destruktif dan mengganggu fungsi-fungsi mental kita. Tekanan atau tantangan di pekerjaan adalah situasi yang tidak terhindarkan. Mereka yang kuat menghadapinya, atau yang mampu bersikap positif terhadap tekanan atau stres tersebut, adalah mereka yang mampu mengelola dan memperbaharui secara terus menerus energi dalam dirinya. Mereka tidak mudah jatuh dalam distress saat menghadapi tantangan. Mereka melakukan usaha untuk selalu ‘fit’ dalam menghadapi tantangan, tidak hanya fit secara fisik, tapi juga emosi, mental/pikiran, dan spiritual.
Stres tidak selalu bersifat destruktif. Jika kita melihat ke belakang, mungkin banyak pencapaian terbesar kita di masa lalu justru didapat dalam situasi yang mengandung stres. Situasi yang dianggap menimbulkan stres bersifat relatif tergantung penilaian kita. Kuncinya adalah bagaimana kita tetap berusaha memiliki energi dan sumber daya untuk mengelola stres tersebut agar tekanan yang muncul tidak dirasa sebagai distress, tetapi eustress yang mendorong pencapaian kinerja yang lebih baik. Lakukanlah kegiatan baik seperti membuat to-do-list untuk hari esok dan tentukan prioritas kegiatan mulai dari hal yang penting sampai hal yang kurang penting; memberi apresiasi/pujian paling tidak satu kali sehari kepada rekan kerja/tim di kantor; berolahraga yang rutin; dan hal positif lainnya. Hal-hal seperti ini dapat terus dilakukan hingga menjadi kebiasaan. Anda dapat pindah fokus ke hal yang lain untuk beberapa minggu setelahnya. Dengan melatih diri untuk menjadi fit secara fisik, mental, emosi dan spiritual, kita akan menjadi lebih kuat dan fleksibel dalam menghadapi tantangan, dan lebih bahagia dalam menjalani prosesnya.