Penggunaan sign bermaksud untuk menggambarkan konsep semiotika, yaitu studi tentang makna keputusan, termaksud studi tentang gambar, suara, symbol, kata, tindakan, dan objek yang mampu mempengaruhi sekitar. Pengaruh dari sign yaitu komunikasi tidak sadar dan bagaimana hal itu menjadi penting pada sarana informasi di tempat kerja.
Sign memungkinkan kita untuk menyampaikan sejumlah besar informasi (instruksi); bukan dengan menunjukkan semua informasi yang akan kita komunikasikan, tetapi dengan “membuang” sejumlah besar informasi yang tidak kita butuhkan, tidak terlihat, sering tidak diakui, namun sangat berpengaruh dalam interpetrasi dan pengambilan keputusan. Membuang informasi ini mencegah kita menjadi “kebanjiran” dengan apa yang tidak kita butuhkan untuk membuat keputusan.
Lalu bagaimana penerapan dari safety sign di tempat kerja? Beberapa tempat kerja memiliki pintu masuk dengan menampilkan tanda “daerah wajib APD”, biasanya termasuk wajib menggunakan alat proteksi pendengaran. Pesan yang secara sadar dapat kita terima yaitu alat tersebut harus digunakan setiap saat di area tersebut. Banyak orang akan bilang penggunaan alat tersebut hanya untuk lingkungan yang bising, dan itu memang masuk akal. Bagi pekerja yang menghuni lokasi konstruksi, bengkel dan banyak pabrik – pikirkan berapa kali tempat itu relatif sepi? Secara umum, suara paling keras yang sering terjadi di bengkel, atau di lokasi konstruksi, kemungkinan berasal dari radio yang mengeluarkan “kebisingan” stasiun radio lokal. Terjadi di banyak waktu lain saat istirahat makan siang, setelah jam kerja, pergantian shift, dan sebagainya. Dimana tidak ada suara signifikan yang dihasilkan. Jadi gambaran kita secara sadar atau tidak sadar dari adanya safety sign adalah pesan itu mungkin tidak masuk akal.
Lalu apa yang kita lakukan ketika kita perlu memasuki area kerja pada saat itu? Apakah kita masih mengikuti “aturan” tanda wajib APD, dan memakai alat proteksi pendengaran kita untuk “mematuhi” aturan, atau apakah kita mengabaikannya? Tentunya mengabaikan merupakan pelanggaran aturan keselamatan dan bagi banyak perusahaan merupakan pelanggaran yang tidak dapat diterima. Secara efektif, kita perlu melakukan apa yang diminta oleh undang-undang, dengan melakukan penilaian risiko dan menyimpulkan bahwa tidak ada bahaya untuk dikendalikan, itu masuk akal.
Penggunaan safety sign bukan hanya tentang memenuhi peraturan, namun tentang membangun budaya dimana kita harus sebaik mungkin mengidentifikasi bahaya dan mengendalikan risiko. Pertimbangkan dengan tepat apa jenis pekerjaan yang dilakukan, berapa banyak pekerja berisiko, dimana lokasi mereka benar-benar bekerja, seberapa sering mereka memasuki area kerja masing-masing, dan bagaimana mereka dapat mengelola risiko dari kebisingan, partikel yang ada, material berat pada ketinggian dan bahaya-bahaya lainnya.
Kita harus sepakat bahwa beberapa safety sign diperlukan, tetapi kita juga harus sepakat bahwa informasi tersebut juga harus diucapkan sedemikian rupa sehingga memiliki arti yang sesuai dengan apa yang diinformasikan oleh petugas K3 di lapangan; sign tersebut harus membahas risiko dan makna yang ingin disampaikan kepada pekerja. Singkatnya, safety sign harus masuk akal bagi pekerja yang mungkin terkena dampaknya, sementara tetap mempertimbangkan potensi pekerja atau pengunjung lain yang mengakses tempat kerja tersebut.